Pentingnya Literasi Sejak Dini Oleh: Iskandar Matiti, S.Pd., M.Pd
(Guru IPAS SDIT Lukmanul Hakim)
Tanpa diduga masyarakat Indonesia, terlebih di dunia pendidikan Indonesia yang kini telah dibenahi dengan baik, disuguhkan dengan masalah yang viral terkait adanya siswa SMP yang buta baca dan tulis. Diawali dengan 447 siswa SMP tak bisa baca tulis di 40 kecamatan di Kabupaten Cireobon, Jawa Barat (JPNN.com, 15 Mei 2017), 30 Siswa kelas VII SMP 11 Kupang tidak bisa membaca dan menulis (expontt.com, 8 Agustus 2023), 32 siswa kesulitan membaca dan menulis di SMP 1 Mangunjaya, Pangandaran (lambeturah, 4 Agustus 2023) yang beritanya diviralkan kembali di tahun ini.
Melihat kondisi ini, dunia pendidikan Indonesia tak seharusnya diam saja, dan beranggapan bahwa itu hanya bersifat kasuistik terjadi di berbagai daerah. Namun dari hal tersebut, menjadi pemantik bagi seluruh guru untuk bisa merefleksi kembali terkait pembelajaran di kelas yang bisa memacu baca tulis bagi siswa SD, agar tidak menjadi kesulitan bagi siswa, guru dan sekolah di tingkat selanjutnya.
Pada tingkat pendidikan dasar, tujuan bukan hanya untuk mengajarkan siswa membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan dasar yang diperlukan siswa dalam mempersiapkan diri untuk jenjang sekolah berikutnya. Tantangan belajar yang dihadapi siswa adalah hal yang dialami dalam proses pembelajaran, seperti ketika siswa masih belajar menulis di kelas satu, yang merupakan awal dari kemampuan menulis. Kemampuan menulis ini memiliki peranan penting bagi siswa di sekolah dasar, terutama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang melibatkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Kesulitan belajar dapat dikatakan ketika siswa mengalami kondisi dimana adanya suatu hambatan dalam proses pembelajaran. Ketika di kelas ada salah satu siswa yang belum begitu lancar dalam menulis atau lambat dalam menulis dibandingkan dengan teman yang lain, membuat guru harus bisa memperhatikan anak tersebut dengan mencoba untuk lebih dekat dan memberikan motivasi kepada siswa tersebut agar semangat dalam belajar menulis, dan guru lebih banyak memberikan latihan secara mandiri kepada siswa tersebut agar siswa juga bisa lancar dalam menulis seperti teman-teman sekelasnya. Pengawasan khusus tidak hanya dilakukan pada saat di sekolah saja oleh guru, akan tetapi dukungan atau peran dari orang tua, lingkungan yang di luar sekolah sangatlah penting juga bagi siswa tersebut.
Permasalahan dalam menulis yang terlihat yaitu seperti siswa tersebut menulis satu kalimat membutuhkan waktu yang cukup lama dalam penulisan dibandingkan dengan siswa yang lain, penulisan yang kurang konsisten, penulisan yang kurang atau tulisan yang tidak terbaca dengan jelas saat dibaca. Dalam kesulitan tersebut biasanya memiliki permasalahan dari beberapa faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan khususnya dalam menulis. Yaitu baik dalam dirinya sendiri maupun faktor dari luar. Siswa yang mengalami kesulitan tersebut cenderung kurang berminat ketika seperti ada tugas dalam menulis yang diberikan oleh guru. Kesulitan dalam belajar tidak boleh dianggap remeh karena akan menimbulkan seperti kendala di kemudian harinya dan menjadi berkepanjangan bagi siswa.
Beberapa contoh-contoh gejala yang sering muncul pada anak mengalami kesulitan belajar pada saat menulis adalah: 1). keterampilan dalam menulis kurang; 2). banyak kesalahan tanda baca atau malah tidak menggunakan tanda baca sama sekali; 3). menulisnya lambat; 4). banyak melakukan kesalahan ejaan atau bisa juga terjadi penulisan yang terbalik; 5). terdapat inkonsistensi dalam penggunaan huruf besar dan huruf kecil; 6). ukuran huruf yang tidak teratur, bentuk berubah-ubah, besar dan kecil; 7). Ada kesalahan saat menggunakan pensil; 8). Banyak berbicara saat menulis.
Kesulitan belajar merupakan gejala yang muncul dalam berbagai manifestasi tingkah laku, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gejala ini terlihat dalam aspek-aspek kognitif, motorik, dan afektif, baik selama proses pembelajaran maupun hasil yang dicapai. Sebagai contoh, kesulitan belajar menulis, yang merupakan gangguan dalam proses penulisan atau ejaan yang melibatkan aspek fisik untuk mengungkapkan pemikiran, meskipun siswa memiliki kecerdasan yang memadai. Untuk membantu siswa dengan kesulitan belajar menulis, penting untuk melakukan diagnosa terhadap gejala dan faktor penyebabnya. Dengan penanganan yang tepat, siswa yang mengalami disgrafia dapat mengatasi kesulitan belajarnya dan mencapai prestasi belajar seperti anak-anak pada umumnya.
Terkait literasi (baca tulis) sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an, yakni:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! 2. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia, 4. yang mengajar (manusia) dengan pena. (QS. Al-Alaq/96: 1-4).
Pada ayat ini, Allah SWT menegaskan untuk membaca dan menulis bagi manusia. Pada ayat pertama ditegaskan membaca diawali dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan dan dikuatkan di ayat 3 untuk membaca dengan memuliakan Tuhanmu. Serta di ayat 4, menulis sebagai bentuk pengajaran pada manusia.
Kebutuhan literasi di era global ini menuntut pemerintah untuk menyediakan dan memfasilitasi sistem dan pelayanan pendidikan sesuai dengan UUD 1945, Pasal 31, Ayat 3, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan literasi dimaknai sebagai “kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya.” Ayat ini menegaskan bahwa program literasi juga mencakup upaya mengembangkan potensi kemanusiaan yang mencakup kecerdasan intelektual, emosi, bahasa, estetika, sosial, spiritual, dengan daya adaptasi terhadap perkembangan arus teknologi dan informasi.
Peran guru, orang tua, dan lingkungan sekitar memiliki peranan yang sangat signifikan dalam memberikan motivasi kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam tahap awal menulis. Memberikan perhatian terhadap perkembangan siswa pada usia dini serta melakukan pengawasan belajar dengan baik dari pihak orang tua dapat berdampak positif terhadap keberhasilan siswa.
Berikut adalah beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menangani kesulitan siswa dalam menulis:
Berikan motivasi kepada siswa
Siswa yang mengalami kesulitan diberi motivasi belajar dari guru wali kelasnya, orang tua, maupun teman-teman yang ada di kelasnya. Pemberian motivasi diperlukan karena siswa menghadapi kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, guru perlu memberikan motivasi khususnya kepada siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran menulis. Guru perlu menjelaskan kepada siswa bahwa mengikuti pembelajaran menulis memiliki manfaat besar untuk kehidupan sehari-hari, memungkinkan mereka berinteraksi dengan masyarakat secara lebih efektif. Motivasi berguna sebagai penggerak semangat peserta didik. Orang tua juga perlu dalam memantau serta memperhatikan setiap kegiatan yang anaknya lakukan di dalam maupun juga di luar rumah agar siswa tahu akan tugasnya sebagai pelajar yaitu belajar. Seharusnya memang siswa tersebut harus lebih banyak didukung, diperhatikan, agar lebih semangat dalam berlatih menulis. Tetapi itu saja juga tidak cukup, siswa tersebut harus didorong semangat dari diri sendiri, agar dalam belajar menulis siswa tersebut menjadi bisa semangat kembali.
Gunakan media pembelajaran yang menarik
Memanfaatkan media pembelajaran yang menarik adalah langkah yang diambil untuk mencegah kejenuhan dan kebosanan siswa selama pembelajaran menulis. Pilihan media yang menarik dapat mencakup penggunaan gambar, media cetak, dan media alam. Media berfungsi sebagai alat bantu bagi guru untuk mempermudah penyampaian materi kepada siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
Gunakan metode pembelajaran yang tepat
Langkah berikutnya adalah memilih dengan cermat metode pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi kesulitan dalam menulis. Metode pembelajaran merupakan pendekatan yang dipilih dalam interaksi antara pendidik dan siswa, bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan materi dan mekanisme metode yang telah ditentukan. Sebagai contoh, metode abjad, tergolong sebagai metode khusus yang efektif untuk mengajari anak-anak yang mengalami kesulitan menulis. Penerapan latihan secara rutin juga diperlukan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa.
Gunakan sumber belajar yang tepat
Guru menyampaikan materi dasar kepada siswa dengan menggunakan buku materi yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Dari isi buku LKS tersebut, siswa diminta untuk membaca dan kemudian menuliskan materi tersebut di buku tulis masing-masing. Sumber belajar mencakup segala hal seperti pesan, materi, alat, teknik, dan konteks yang digunakan sebagai sumber informasi dalam kegiatan belajar-mengajar.
Dari penjelasan di atas, tentang strategi yang dapat digunakan untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis. Maka dapat disimpulkan peran dari luar sangatlah penting bagi siswa agar lebih bisa semangat dalam belajar menulis. Dan juga semangat dari diri sendiri juga sangat dibutuhkan. Upaya ini sejalan dengan falsafah yang dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan harus melibatkan semua komponen masyarakat (keluarga, pendidik profesional, pemerintah, dll) dalam membina, menginspirasi/memberi contoh, memberi semangat, dan mendorong perkembangan anak.